Salah satu contoh yang diambil untuk menunjukkan tidak kreatifnya kita adalah kita tukang nyontek. Lihat saja contoh poster film di Indonesia ini. Ternyata banyak yang nyontek. (12 poster fim Indonesia yang menjiplak.) Ini baru salah satu contoh yang kasat mata. Vulgar sekali nyonteknya. Maka tidak heran kalau dunia perfilman Indonesia tidak sehebat dulu lagi.
Di kampus pun saya dengar mahasiswa juga tidak kreatif. Nyotek, plagiat, atau apapun namanya terjadi. (Entah mereka sadar atau tidak sih?) Atau apa yang terjadi di luar itu merupakan cerminan dari produk kampus? Atau sebaliknya?
[Foto dari kampus National University Singapore (NUS). Jangan-jangan kita pun bisa kalah kreatif oleh negara tetangga kita.]
Dunia media sosial juga tidak jauh berbeda. Kebanyakan orang melakukan re-post atau memposting link berita (dari sumber berita yang mainstream). Di twitter, orang melakukan retweet. Blog? he he he … re-blog lah jadinya. Maka kita semakin diajarkan untuk tidak kreatif. Teknologi mempermudah kita untuk menjadi tidak kreatif. Ini yang berbahaya. Apa jadinya kita ini?
Mari kita membuat yang baru. Hentikan re-post, re-tweet, dan re-re lainnya. Katakan tidak! untuk mainstream.
Post a Comment