Derap lagkah seorang gadis memecah keheningan malam itu. Seakan tak 
mempedulikan hujan yang dari tadi mengguyurnya, gadis itu terus berlari 
seakan dikejar-kejar oleh setan. Tetapi yang namanya manusia pasti 
mempunyai batas, begitu pula dengan gadis itu yang sepertinya mulai 
kehabisan napas. Ia berhenti sejenak di bawah pohon untuk mengatur 
napasnya yang memburu. Sayangnya tidak lama kemudian, muncul segerombol 
orang yang ternyata mengejarnya dari tadi. Ketika sampai, orang-orang 
tersebut justru memukuli si gadis. Bukan hanya dipukuli, tetapi juga 
ditampar, ditendang, bahkan dilecehkan. Akhirnya gadis itu tidak sanggup
 lagi, ia memejamkan matanya pasrah dan meregang nyawa. 
Beberapa tahun kemudian.........
Jam pertama di kelas IX-I SMP N 1 Bimasakti di awali oleh perkenalan 
seorang siswi baru. Pak Beno, guru mata pelajaran pertama mempersilahkan
 siswi barunya itu untuk memperkenalkan dirinya.
“Selamat pagi semua!!” Sapa siswi baru itu.
“Pagi!!!” Balas semua anak yang ada di kelas IX-I.
“Perkenalkan, nama saya Lena, saya pindahan dari SMP N 2 Tunas Emas, 
semoga kita dapat berteman baik,” Katanya sambil tersenyum ramah. 
“Baiklah, Lena, kau boleh duduk di bangkumu sekarang,” Kata Pak Beno, 
mempersilahkannya untuk duduk. Lena pun duduk di salah satu bangku yang 
belum terisi. Lalu Pak Beno mulai mengabsen mereka. Ketika Pak Beno 
mulai membuka absent, anak-anak di kelas mulai gelisah, seperti ada 
sesuatu yang membuat mereka cemas. 
“Alfin!” Pak Beno mulai memanggil nama muridnya satu persatu.
“Hadir!”
“Anas!!”
“Hadir, Pak!” Pak Beno terus memanggil, sampai akhirnya di urutan yang 
ke-13, entah kenapa seisi kelas langsung menegang. Mereka semua menunggu
 nama anak yang akan dipanggil oleh Pak Beno selanjutnya.
“Lena!!!”
“Hadir, Pak!!” Balas Lena. Tetapi tiba-tiba, seisi kelas langsung 
menatap gadis itu dengan tatapan ngeri. Lena mengernyitkan dahinya 
bingung. Linda dan Samuel yang duduk di dekatnya langsung menggeser 
bangku dan meja mereka jauh-jauh dari Lena. Lena menatap teman-temannya 
dengan tatapan tidak mengerti. Kenapa sih dengan mereka?? Batinnya.
Saat jam istirahat, Lena yang sedang berjalan-jalan di koridor kelas, 
tiba-tiba menginjak sebuah kulit pisang lalu terpeleset dan terjatuh. 
Bukannya menolong, teman-teman Lena malah mengerumuninya dan menatapnya 
dengan pandangan ngeri. Lena buru-buru bangkit dan langsung pergi dari 
tempat itu.
Jam ketiga adalah jam olahraga, dan materi olahraga mereka kali ini 
voli. Entah sudah berapa kali tadi wajah Lena terkena lemparan bola. 
Bahkan saat bertanding, salah seorang teman Lena men-smash bola dan 
tepat menganai wajah Lena. Hidung Lena mengeluarkan darah dan dia 
pingsan. 
Lena tersadar di ruang UKS. Ia melihat seorang perawat yang kebetulan 
berada di ruangan itu. “Mbak...,” Panggilnya pelan. Perawat itu 
mendengar suara Lena dan langsung menoleh ke tempat sumber suara. 
“Eh... Adek sudah sadar!” Ucap perawat itu girang. Ia bangkit dari 
tempat duduknya dan membawakan Lena nampan berisi semangkuk bubur dan 
segelas air putih. “Makan dulu ya,” Kata perawat itu sambil meletakkan 
nampannya di meja sebelah tempat tidur Lena.
“Ah, iya, terima kasih...,” Balas Lena, sambil berusaha tersenyum. 
“Adek tadi pingsan, untung beberapa teman adek langsung cepat 
melaporkannya,” Cerita perawat itu. Lena teringat kejadian saat bermain 
voli tadi. Iya, dia memang pingsan, tetapi bukan karena terkena smash, 
melainkan karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang bahkan mungkin 
teman-temannya tidak tahu. Saat jam pertama tadi, ketika pelajaran sudah
 dimulai, ia selalu merasa ada orang yang mengamatinya dibelakang, 
tetapi ketika ia berbalik, tidak ada siapa-siapa, jelas saja tidak ada, 
diakan duduk di deretan terakhir. Lalu saat makan siang di kantin, ia 
memesan semangkuk bakso, tetapi ketika ia mau makan, bakso itu berubah 
menjadi 4 bola mata, bahkan mienya berubah menjadi cacing kalung yang 
besar-besar. Lalu saat di ruang ganti, ketika ia membuka lokernya, ia 
menemukan mayat didalam lokernya itu, ia berteriak histeris, tetapi 
karena tidak ada orang, jadi tidak ada yang mendengar teriakannya. Saat 
sedang lari pemanasan, ia tersandung sesuatu dan ketika dilihatnya 
ternyata ada sebuah tangan yang tadi memegang pergelangan kakinya. Dan 
masih banyak lagi keanehan-keanehan lainnya. Mungkin itulah yang 
membuatnya sedikit stress, karena terlalu banyak berpikir akhirnya ia 
kecapekan sendiri dan jatuh pingsan karena ditambah smash bola voli yang
 cukup kuat.
“Adek,” Panggil perawat itu lagi, membuyarkan lamunan Lena.
“Eh, ya.. ad, ada apa mbak?” Lena gelagapan.
“Enggak baik lho ngelamun siang-siang, nanti kesambet!” Perawat itu 
menakuti-nakuti Lena. Lena hanya merespon dengan tawa kecil. Tetapi 
tidak lama tawanya itu menghilang, wajahnya menjadi murung dan terlihat 
cemas.
“Maaf mbak ada yang ingin saya tanyakan,” Kata Lena. “Kenapa rasanya 
saya hari ini sial terus ya? Bahkan terkadang, sayang melihat hal yang 
aneh-aneh.” Wajah perawat itu seketika memucat, tubuhnya sedikit 
gemetaran.
“Hal yang aneh-aneh? Seperti apa contohnya?” Tanya perawat itu, ia mulai ketakutan.
“Waktu istirahat, saya memesan bakso di kantin, tetapi ketika saya mau 
makan, bakso itu berubah menjadi 4 buah bola mata, waktu saya hendak 
mengganti baju di ruang ganti, saya melihat mayat di loker saya, dan 
terakhir ketika pemanasan, pergelangan kaki saya dipegang oleh tangan 
aneh sampai saya terjatuh,” Kata Lena. Perawat itu terlihat gelisah, 
rasanya ia ingin keluar dari ruang UKS cepat-cepat, tetapi niat itu di 
urungkannya karena ia tak tega melihat kondisi Lena yang menyedihkan. 
Apa sebaiknya kuceritakan? Batin perawat itu. Namun akhirnya ia putuskan
 untuk menceritakannya, tragedi yang terjadi di SMP N 1 Bimasakti 13 
tahun yang lalu. 
“Adek ingin tahu kenapa hari ini adek selalu sial?” kata perawat itu. 
Lena menjawab dengan anggukan cepat. “13 tahun yang lalu, terjadi 
tragedi yang cukup mengenaskan di SMP N 1 Bimasakti ini, saat itu ada 
seorang gadis yang sangat tidak beruntung, ia selalu menjadi bahan 
tertawaan dan ejekan dari teman-temannya, lalu saat ulang tahunnya yang 
ke-13, teman-temannya mengerjainya habis-habisan sehari penuh, entah itu
 dilempari mercon, tepung, telur busuk, dikunci dalam kamar mandi, 
ditukar makan siangnya, atau pun di tuduh melakukan suatu kejahatan, 
namun rupanya teman-teman gadis itu sudah kelewatan, mereka memfitnah 
gadis itu mencuri uang kakak kelas mereka, karena marah, kakak kelasnya 
itu pun menghajarnya habis-habisan, tetapi gadis itu berhasil melarikan 
diri, sayangnya tidak berapa lama kemudian, ia tertangkap lagi dan 
akhirnya ia meregang nyawa karena disiksa lebih parah. Tidak tahu harus 
berbuat apa, kakak kelas beserta teman-temannya memutuskan untuk 
mengubur jenazah gadis itu, dan sampai sekarang, jasadnya belum 
ditemukan.” Perawat itu mengambil jeda sebentar lalu melanjutkan 
kembali. “Sebelum mati, gadis itu bersumpah untuk membunuh setiap orang 
yang mendapat absen nomor 13, kenapa begitu? Itu karena penyebab 
teman-temannya selalu mengejek dan mengerjainya adalah karena mereka 
percaya bahwa angka 13 membawa sial, jadi mereka ingin membuktikan hal 
tersebut dengan cara mengucilkan, mengejek, dan menyiksa orang yang 
mendapat absen nomor 13 di kelas mereka, dan si gadis itu kebetulan 
mendapat nomor absen yang ke-13.” 
JDAARRR!!! Tiba-tiba kilat menyambar dan mengagetkan Lena juga perawat 
itu. Langit yang tadinya cerah telah berubah menjadi mendung, dan tidak 
lama kemudian hujan pun turun. Lampu di ruang UKS tiba-tiba mati. Lena 
dan perawat itu ketakutan. Samar-samar mereka mendengar suara rintihan 
seseorang. “Tolong... tolong....” Suara itu makin terdengar jelas, dan 
tiba-tiba dari bawah ranjang Lena muncul sesosok mahluk, perawat yang 
tadi duduk di sebelah Lena langsung menjauh dan menjerit ketakutan. 
Mahluk itu berlumurah darah dan wajahnya tidak terlalu jelas karena 
lusak, kulit-kulitnya dipenuhi koreng dan luka-luka yang sudah membusuk.
 Bau tak sedap pun tercium dari mahluk itu. 
“Tolong....,” Mahluk itu berbalik ke tempat Lena berbaring. Lena refelks
 bangkit, ia berdiri di atas ranjangnya melempari mahluk itu dengan 
benda-benda yang ada disekitarnya. 
“Hentikan! Hentikan! Jangan bunuh aku!! Aku belum ingin mati!!!” Lena 
histeris, ia loncat dari sisi lain ranjang dan berlari ke tempat si 
perawat. Mahluk itu tidak mengejar, ia memandang Lena dari tempatnya 
berdiri, perlahan-lahan setetes darah jatuh di atas lantai, mahluk itu 
menangis darah. “Tolonglah aku.... kuburkanlah jasadku dengan 
layak....,” Setelah berkata seperti itu, mahluk itu raib. Lampu yang 
tadi mati hidup kembali, tetapi Lena dan perawat itu masih gemetar 
ketakutan. Wangi anyer dan amis darah masih membekas di ruangan itu, 
bahkan tetesan darah mahluk tadi masih ada di lantai. Perawat itu 
akhirnya memberanikan diri untuk bergerak kembali, ia mengambil pel 
untuk membersihkan lantai UKS yang kotor. Lena pun ikut memberanikan 
dirinya juga, ia berniat untuk membantu si perawat, tetapi ketika hendak
 mengelap lantai yang berbecak darah tadi, ia melihat rangkain tulisan 
yang berasal dari bercak darah itu, “U... K...S..,” Lena mengejanya. 
Tiba-tiba terpampang jawaban di kepalanya. 
“Mbak! Saya tahu dimana jasad gadis itu!” Serunya gembira. Perawat itu 
bengong untuk sesaat, tetapi kemudian ia terlihat gembira juga.
“Benarkah? Dimana??” Tanyanya.
“DI UKS!!!” Jawab Lena. “13 tahun yang lalu disekolah ini belum ada UKS 
kan??” Perawat itu diam sebentar untuk berpikir, lalu beberapa saat 
kemudian ia menggeleng. “Belum ada!! Mungkin memang dikubur di bawah 
ruang UKS!” Lalu keduanya saling bersorak gembira.
Keesokan harinya, Lena dan perawat di UKS itu meminta tolong kepada 
kepala sekolah untuk mengirim tim penyelidik. Dan siangnya tim 
penyelidik yang mereka panggil itu menggali di sekitar mahluk itu 
muncul. Akhirnya setelah lama menggali, mereka menemukan tulang-belulang
 yang cukup besar yang diduga itu adalah tulang badan gadis yang tewas 
13 tahun lalu itu. Bahkan mereka menemukan tengkorak kepalanya dan 
beberapa benda seperti jam tangan dan kalung milik gadis itu. Setelah 
semuanya dikebumikan dengan layak, Lena melihat samar-samar bayangan 
yang melambaikan tangan padanya dan mengucapkan “terima kasih”. Lena 
tersenyum bahagia dan membalas melambaikan tangan juga. Dan bayangan itu
 menghilang..... untuk selamanya........... 
Translate
Monday, 15 April 2013
Absen Nomor 13 (Cerpen)
| Tweet | 
Derap lagkah seorang gadis memecah keheningan malam itu. Seakan tak 
mempedulikan hujan yang dari tadi mengguyurnya, gadis itu terus berlari 
seakan dikejar-kejar oleh setan. Tetapi yang namanya manusia pasti 
mempunyai batas, begitu pula dengan gadis itu yang sepertinya mulai 
kehabisan napas. Ia berhenti sejenak di bawah pohon untuk mengatur 
napasnya yang memburu. Sayangnya tidak lama kemudian, muncul segerombol 
orang yang ternyata mengejarnya dari tadi. Ketika sampai, orang-orang 
tersebut justru memukuli si gadis. Bukan hanya dipukuli, tetapi juga 
ditampar, ditendang, bahkan dilecehkan. Akhirnya gadis itu tidak sanggup
 lagi, ia memejamkan matanya pasrah dan meregang nyawa.  Beberapa tahun kemudian......... Jam pertama di kelas IX-I SMP N 1 Bimasakti di awali oleh perkenalan seorang siswi baru. Pak Beno, guru mata pelajaran pertama mempersilahkan siswi barunya itu untuk memperkenalkan dirinya. “Selamat pagi semua!!” Sapa siswi baru itu. “Pagi!!!” Balas semua anak yang ada di kelas IX-I. “Perkenalkan, nama saya Lena, saya pindahan dari SMP N 2 Tunas Emas, semoga kita dapat berteman baik,” Katanya sambil tersenyum ramah. “Baiklah, Lena, kau boleh duduk di bangkumu sekarang,” Kata Pak Beno, mempersilahkannya untuk duduk. Lena pun duduk di salah satu bangku yang belum terisi. Lalu Pak Beno mulai mengabsen mereka. Ketika Pak Beno mulai membuka absent, anak-anak di kelas mulai gelisah, seperti ada sesuatu yang membuat mereka cemas. “Alfin!” Pak Beno mulai memanggil nama muridnya satu persatu. “Hadir!” “Anas!!” “Hadir, Pak!” Pak Beno terus memanggil, sampai akhirnya di urutan yang ke-13, entah kenapa seisi kelas langsung menegang. Mereka semua menunggu nama anak yang akan dipanggil oleh Pak Beno selanjutnya. “Lena!!!” “Hadir, Pak!!” Balas Lena. Tetapi tiba-tiba, seisi kelas langsung menatap gadis itu dengan tatapan ngeri. Lena mengernyitkan dahinya bingung. Linda dan Samuel yang duduk di dekatnya langsung menggeser bangku dan meja mereka jauh-jauh dari Lena. Lena menatap teman-temannya dengan tatapan tidak mengerti. Kenapa sih dengan mereka?? Batinnya. Saat jam istirahat, Lena yang sedang berjalan-jalan di koridor kelas, tiba-tiba menginjak sebuah kulit pisang lalu terpeleset dan terjatuh. Bukannya menolong, teman-teman Lena malah mengerumuninya dan menatapnya dengan pandangan ngeri. Lena buru-buru bangkit dan langsung pergi dari tempat itu. Jam ketiga adalah jam olahraga, dan materi olahraga mereka kali ini voli. Entah sudah berapa kali tadi wajah Lena terkena lemparan bola. Bahkan saat bertanding, salah seorang teman Lena men-smash bola dan tepat menganai wajah Lena. Hidung Lena mengeluarkan darah dan dia pingsan. Lena tersadar di ruang UKS. Ia melihat seorang perawat yang kebetulan berada di ruangan itu. “Mbak...,” Panggilnya pelan. Perawat itu mendengar suara Lena dan langsung menoleh ke tempat sumber suara. “Eh... Adek sudah sadar!” Ucap perawat itu girang. Ia bangkit dari tempat duduknya dan membawakan Lena nampan berisi semangkuk bubur dan segelas air putih. “Makan dulu ya,” Kata perawat itu sambil meletakkan nampannya di meja sebelah tempat tidur Lena. “Ah, iya, terima kasih...,” Balas Lena, sambil berusaha tersenyum. “Adek tadi pingsan, untung beberapa teman adek langsung cepat melaporkannya,” Cerita perawat itu. Lena teringat kejadian saat bermain voli tadi. Iya, dia memang pingsan, tetapi bukan karena terkena smash, melainkan karena sesuatu yang lain. Sesuatu yang bahkan mungkin teman-temannya tidak tahu. Saat jam pertama tadi, ketika pelajaran sudah dimulai, ia selalu merasa ada orang yang mengamatinya dibelakang, tetapi ketika ia berbalik, tidak ada siapa-siapa, jelas saja tidak ada, diakan duduk di deretan terakhir. Lalu saat makan siang di kantin, ia memesan semangkuk bakso, tetapi ketika ia mau makan, bakso itu berubah menjadi 4 bola mata, bahkan mienya berubah menjadi cacing kalung yang besar-besar. Lalu saat di ruang ganti, ketika ia membuka lokernya, ia menemukan mayat didalam lokernya itu, ia berteriak histeris, tetapi karena tidak ada orang, jadi tidak ada yang mendengar teriakannya. Saat sedang lari pemanasan, ia tersandung sesuatu dan ketika dilihatnya ternyata ada sebuah tangan yang tadi memegang pergelangan kakinya. Dan masih banyak lagi keanehan-keanehan lainnya. Mungkin itulah yang membuatnya sedikit stress, karena terlalu banyak berpikir akhirnya ia kecapekan sendiri dan jatuh pingsan karena ditambah smash bola voli yang cukup kuat. “Adek,” Panggil perawat itu lagi, membuyarkan lamunan Lena. “Eh, ya.. ad, ada apa mbak?” Lena gelagapan. “Enggak baik lho ngelamun siang-siang, nanti kesambet!” Perawat itu menakuti-nakuti Lena. Lena hanya merespon dengan tawa kecil. Tetapi tidak lama tawanya itu menghilang, wajahnya menjadi murung dan terlihat cemas. “Maaf mbak ada yang ingin saya tanyakan,” Kata Lena. “Kenapa rasanya saya hari ini sial terus ya? Bahkan terkadang, sayang melihat hal yang aneh-aneh.” Wajah perawat itu seketika memucat, tubuhnya sedikit gemetaran. “Hal yang aneh-aneh? Seperti apa contohnya?” Tanya perawat itu, ia mulai ketakutan. “Waktu istirahat, saya memesan bakso di kantin, tetapi ketika saya mau makan, bakso itu berubah menjadi 4 buah bola mata, waktu saya hendak mengganti baju di ruang ganti, saya melihat mayat di loker saya, dan terakhir ketika pemanasan, pergelangan kaki saya dipegang oleh tangan aneh sampai saya terjatuh,” Kata Lena. Perawat itu terlihat gelisah, rasanya ia ingin keluar dari ruang UKS cepat-cepat, tetapi niat itu di urungkannya karena ia tak tega melihat kondisi Lena yang menyedihkan. Apa sebaiknya kuceritakan? Batin perawat itu. Namun akhirnya ia putuskan untuk menceritakannya, tragedi yang terjadi di SMP N 1 Bimasakti 13 tahun yang lalu. “Adek ingin tahu kenapa hari ini adek selalu sial?” kata perawat itu. Lena menjawab dengan anggukan cepat. “13 tahun yang lalu, terjadi tragedi yang cukup mengenaskan di SMP N 1 Bimasakti ini, saat itu ada seorang gadis yang sangat tidak beruntung, ia selalu menjadi bahan tertawaan dan ejekan dari teman-temannya, lalu saat ulang tahunnya yang ke-13, teman-temannya mengerjainya habis-habisan sehari penuh, entah itu dilempari mercon, tepung, telur busuk, dikunci dalam kamar mandi, ditukar makan siangnya, atau pun di tuduh melakukan suatu kejahatan, namun rupanya teman-teman gadis itu sudah kelewatan, mereka memfitnah gadis itu mencuri uang kakak kelas mereka, karena marah, kakak kelasnya itu pun menghajarnya habis-habisan, tetapi gadis itu berhasil melarikan diri, sayangnya tidak berapa lama kemudian, ia tertangkap lagi dan akhirnya ia meregang nyawa karena disiksa lebih parah. Tidak tahu harus berbuat apa, kakak kelas beserta teman-temannya memutuskan untuk mengubur jenazah gadis itu, dan sampai sekarang, jasadnya belum ditemukan.” Perawat itu mengambil jeda sebentar lalu melanjutkan kembali. “Sebelum mati, gadis itu bersumpah untuk membunuh setiap orang yang mendapat absen nomor 13, kenapa begitu? Itu karena penyebab teman-temannya selalu mengejek dan mengerjainya adalah karena mereka percaya bahwa angka 13 membawa sial, jadi mereka ingin membuktikan hal tersebut dengan cara mengucilkan, mengejek, dan menyiksa orang yang mendapat absen nomor 13 di kelas mereka, dan si gadis itu kebetulan mendapat nomor absen yang ke-13.” JDAARRR!!! Tiba-tiba kilat menyambar dan mengagetkan Lena juga perawat itu. Langit yang tadinya cerah telah berubah menjadi mendung, dan tidak lama kemudian hujan pun turun. Lampu di ruang UKS tiba-tiba mati. Lena dan perawat itu ketakutan. Samar-samar mereka mendengar suara rintihan seseorang. “Tolong... tolong....” Suara itu makin terdengar jelas, dan tiba-tiba dari bawah ranjang Lena muncul sesosok mahluk, perawat yang tadi duduk di sebelah Lena langsung menjauh dan menjerit ketakutan. Mahluk itu berlumurah darah dan wajahnya tidak terlalu jelas karena lusak, kulit-kulitnya dipenuhi koreng dan luka-luka yang sudah membusuk. Bau tak sedap pun tercium dari mahluk itu. “Tolong....,” Mahluk itu berbalik ke tempat Lena berbaring. Lena refelks bangkit, ia berdiri di atas ranjangnya melempari mahluk itu dengan benda-benda yang ada disekitarnya. “Hentikan! Hentikan! Jangan bunuh aku!! Aku belum ingin mati!!!” Lena histeris, ia loncat dari sisi lain ranjang dan berlari ke tempat si perawat. Mahluk itu tidak mengejar, ia memandang Lena dari tempatnya berdiri, perlahan-lahan setetes darah jatuh di atas lantai, mahluk itu menangis darah. “Tolonglah aku.... kuburkanlah jasadku dengan layak....,” Setelah berkata seperti itu, mahluk itu raib. Lampu yang tadi mati hidup kembali, tetapi Lena dan perawat itu masih gemetar ketakutan. Wangi anyer dan amis darah masih membekas di ruangan itu, bahkan tetesan darah mahluk tadi masih ada di lantai. Perawat itu akhirnya memberanikan diri untuk bergerak kembali, ia mengambil pel untuk membersihkan lantai UKS yang kotor. Lena pun ikut memberanikan dirinya juga, ia berniat untuk membantu si perawat, tetapi ketika hendak mengelap lantai yang berbecak darah tadi, ia melihat rangkain tulisan yang berasal dari bercak darah itu, “U... K...S..,” Lena mengejanya. Tiba-tiba terpampang jawaban di kepalanya. “Mbak! Saya tahu dimana jasad gadis itu!” Serunya gembira. Perawat itu bengong untuk sesaat, tetapi kemudian ia terlihat gembira juga. “Benarkah? Dimana??” Tanyanya. “DI UKS!!!” Jawab Lena. “13 tahun yang lalu disekolah ini belum ada UKS kan??” Perawat itu diam sebentar untuk berpikir, lalu beberapa saat kemudian ia menggeleng. “Belum ada!! Mungkin memang dikubur di bawah ruang UKS!” Lalu keduanya saling bersorak gembira. Keesokan harinya, Lena dan perawat di UKS itu meminta tolong kepada kepala sekolah untuk mengirim tim penyelidik. Dan siangnya tim penyelidik yang mereka panggil itu menggali di sekitar mahluk itu muncul. Akhirnya setelah lama menggali, mereka menemukan tulang-belulang yang cukup besar yang diduga itu adalah tulang badan gadis yang tewas 13 tahun lalu itu. Bahkan mereka menemukan tengkorak kepalanya dan beberapa benda seperti jam tangan dan kalung milik gadis itu. Setelah semuanya dikebumikan dengan layak, Lena melihat samar-samar bayangan yang melambaikan tangan padanya dan mengucapkan “terima kasih”. Lena tersenyum bahagia dan membalas melambaikan tangan juga. Dan bayangan itu menghilang..... untuk selamanya........... |  | 
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
 
Post a Comment