Bel masuk baru saja berbunyi, tanda jam pertama akan dimulai. Di dalam  
kelas 5A, tampak wajah anak – anak tampak tegang , bercampur rasa cemas.
“  Tampangmu kusut amat Wan? Kenapa? Takut ya hasil ulangan 
matematikanya  jelek? “ Celetuk Amir dari belakang, Wandi mengiyakan. Ya
 jam pertama  ini adalah pelajaran matematika, dan hari ini akan dibagi 
hasil tes  matematika yang beberapa hari lalu kelas Wandi ikutin, pantas
 saja anak –  anak tampak tegang, mereka kuatir akan hasil tes 
matematika mereka,  hanya beberapa anak yang tampak percaya diri.
“ Iya nih Mir, kamu  tahukan kalau tes matematikaku kadang bagus, kadang
 juga jelek, dan tes  kemarin aku hanya sanggup menyelesaikan 6 soal 
dengan baik dari 10 soal  yang diberikan, sisanya ga yakin aku. “ Sahut 
Wandi
“ Mending kamu  Wan, aku malah pasrah , hanya 4 nomor aja yang bisa 
kukerjakan, dan  yakin benar. “ Sahut Acan, tampak  benar kalau dia 
gugup banget. “  Ah kayaknya hari ini jatah mainku bakal dipotong lagi. “
 Katanya lagi
Wandi,  dan Amir tertawa. Saat itu juga Pak Sapta, guru matematika mereka  masuk.
“ Selamat pagi anak – anak !”
“ Selamat pagi Pakkkk!!”  Jawab anak – anak serentak
“ Baiklah anak – anak, Bapak akan bagi  hasil tes kalian, yang namanya 
disebut harap maju mengambil kertas hasil  tesnya. “ Kata Pak Sapta
Kemudian Pak Sapta mulai  memanggil satu –persatu, anak – anak yang 
dipanggil maju mengambil hasil  tes mereka dengan gugup, ada yang yang 
berteriak kecil “Yesss”, ada  yang diam saja, dan ada juga yang kecewa 
berat karena hasilnya tidak  sesuai dengan perkiraan.
“ Gimana Wan? Dapat berapa kamu? “ Tanya  Amir
“ Yaa lumayan, 7 lebih baik dari yang kukira, nomor 8, dan nomor  9 
walau ga sepenuhnya betul, diberi nilai nilai setengah oleh Pak  Sapta.
“ Kata Wandi tersenyum puas “ Kamu sendiri gimana Mir?
“ Ya  ga jeleklah, aku dapat 6. “Sahut Amir
“ Kamu dapat berapa Can? “  tanya Wandi pada Acan yang baru saja mengambil hasil tesnya, terlihat  bener wajah Acan cemberut
“ Gagal total, tapi lebih  barik dari  yang kukira, aku dapat 5. “Kata Acan
Beberapa saat kemudian  pak Sapta hampir selesai membagikan hasil tes, 
masih terlihat ada 2  lembar dipegang pak Sapta, dan sekarang pak Sapta 
pasang tampang tegas  memanggil 2 orang terakhir
“ Hadi, dan Erik silakan maju ke depan.”
Keduanya  maju ke depan, tapi agak kaget soalnya Pak Sapta tiba – tiba 
memanggil  dengan nada cukup tinggi, sampai di depan kelas, Pak Sapta 
memandangi  mereka berdua gantian.
“ Kalian berdua mendapat nilai yang sama  8..... tapi itu bukan hal yang
 aneh, yang membuat saya bertanya- tanya  adalah jawaban kalian semua 
sama, yang benar maupun yang salah, bahkan  sampai angka – angkanya 
semua sama.” Pak Sapta berhenti , dia memandang  Hadi, dan Erik 
bergantian menunggu jawaban dari mereka berdua, tapi  keduanya masih 
terdiam
“ Hal ini hampir mustahil terjadi 2 lembar  kertas tes, dari 2 orang 
berbeda mempunyai jawaban yang sama persis, dan  bukan hanya jawaban 
yang benar bahkan jawaban yang salah dan langkah –  langkahnya semua 
sama. Kecuali.... kalian bekerja sama atau salah satu  diantara kalian 
ada yang mencontek. “ Kata Pak Sapta dengan nada  meninggi, tatapannya 
menjadi lebih tajam, menatap Erik, dan Hadi.
Seluruh  kelas langsung ribut, dan berbisik – bisik.
“Lebih baik kalian  mengaku sekarang, dan Bapak akan maafkan, dan 
hukumannya  tes  ulang, tapi nilai maksimal hanya 6. “ Kata Pak Sapta 
lebih tenang
“  Bukan saya Pak, tuh Erik yang mencontek saya. “ Hadi menuduh Erik, Erik  jelas tidak terima, ia kemudian mendorong Hadi
“ Enak saja, kamu kali  yang mencontek, aku belajar semalaman, ngapain aku nyontek. “ Erik  membela diri
“ Bukan hanya kamu yang belajar semalaman, aku juga. “  Kata Hadi tak mau kalah.
Anak – anak di kelas masih ribut  dan berbisik – bisik dugaan mereka, 
Hadi dan Erik duduk sebelahan, jadi  sangat memungkinkan salah satu dari
 mereka mencontek yang lain. Wandi  juga menduga – duga siapa yang 
mencontek tapi, tanpa petunjuk dia hanya  bisa menduga – duga. Tiba – 
tiba Sherly berdiri, sambil mengacungkan  jari, mungkinkah dia 
mengetahui siapa yang mencontek?
“ Ya Sherly ada  apa?” Tanya Pak Sapta
“ Begini Pak, kenapa kita tidak minta bantuan  Wandi dalam memecahkan 
masalah ini? Mungkin dia bisa mengetahui siapa  yang mencontek “ Usul 
Sherly, Sherly pernah dibantu Wandi dalam  memecahkan kasus perhiasannya
 yang hilang, tapi itu kebetulan saja Wandi  mendapat petunjuk, kalau 
mencontek? Dapat petunjuk darimana?  Kejadiannya juga sudah berlangsung 
beberapa hari yang lalu.
“ Wandi? “  Kata Pak Sapta menimbang – nimbang
“Ya Pak, Beberapa waktu lalu  Wandi berhasil membantu saya dalam 
menemukan siapa yang mencuri  perhiasan saya di rumah. “ Kata Sherly 
lagi.
Pak Sapta berpikir  sejenak
“ Hmm baiklah, Wandi , coba kamu bantu Bapak. “  Kata Pak Sapta, Wandi 
tidak bisa menolak lagi, dia mencoba apa yang bisa  dia lakukan, satu – 
satunya bukti yang tersisa hanya kertas tes mereka.  Hadi, dan Erik 
pasang tampang galak pada Wandi, maksudnya jelas, kalau  masing – masing
 berharap tidak dituduh oleh Wandi. Anak – anak yang lain  mulai tenang,
 mereka menunggu aksi Wandi, apa sepintar yang diceritakan  oleh Sherly ?
 atau hanya kebetulan saja.
“ Maaf Pak bisa saya  melihat kertas tes mereka berdua? “ Pinta Wandi, 
Pak Sapta mempersilakan  Wandi melihat kertas tes Hadi, dan Erik. Wandi 
memperhatikan baik –  baik kedua kertas tes itu mungkin saja dia 
mendapat petunjuk. Kedua  lembar tes itu sesuai yang dikatakan Pak Sapta
 sebelumnya, isinya sama,  dari soal sampai jawaban, semua sama, hanya 
nama yang tercantum di  kertas masing – masing saja berbeda. Wandi 
kebingungan, dia tidak  mendapati petunjuk.
“Hmmm, semua sama, seperti kata Pak Sapta, bahkan  angka – angka dan 
langkah – langkah pengerjaannya semua sama persis.  Yang beda hanya 
tulisan mereka. Tulisan Hadi jauh dari rapi, berbeda  dari Erik , 
tulisannya rapi sekali, seperti anak cewek saja. “ Pikir  Wandi, Heii 
tulisan rapi ini petunjuk yang penting, dia mendapat  perbedaan yang 
sangat menentukan dari kedua kertas tes itu, kemudian dia  tersenyum 
simpul, dan menggaruk -  garuk kepala , kebiasaannya  kalau mendapat 
petunjuk untuk memecahkan kasus.
“Bagaimana Wandi?  Kamu menemukan sesuatu? “ Tanya Pak Sapta, Wandi 
mengangguk, Hadi, dan  Erik menunggu dengan was – was, seisi kelas 
menjadi diam menunggu Wandi  buka mulut. Wandi memperlihatkan kedua 
kertas tes itu lagi pada Pak  Sapta
“Bapak lihat kertas tes mereka Pak? Ada perbedaan yang  mencolok. “ Kata Wandi
Pak Sapta kebingungan, dia yakin  kalau kedua isi kertas tes itu sama, 
tapi kenapa Wandi mengatakan ada  perbedaan yang mencolok.
“ Maksud kamu apa Wan? Isi keduanya sama,  tida ada perbedaan seperti yang kamu bilang. “
“ Kalau isinya memang  sama Pak, tapi kalau kita lihat penulisannya , 
maka kita dapat melihat  perbedaan yang sangat besar. “ Kata Wandi lagi,
 Pak Sapta masih belu  mengerti maksud Wandi, dia tahu tulisan keduanya 
memang berbeda, tapi  itu hal yang wajar.
“ Begini Pak, kalau saya mengerjakan tes  matematika pasti ada coretan –
 coretan kecil, ato koreksi, apalagi kalau  ada jawaban saya yang salah,
 kecuali saya sangat pandai dan mendapat  nilai sempurna, Dan lihat 
kedua kertas ini Pak, kertas milik Hadi ,  kerjaannya tidak rapi, banyak
 coretan dan koreksi dimana – mana, ini  wajar, kertas tes saya juga 
demikian banyak coretan maupun koreksi,  dan  Bapak bisa lihat kertas 
tes anak – anak lain yang tidak  mendapat nilai sempurna pasti ada 
beberapa koreksi jawaban ato coretan –  coretan kecil. Dan sekarang 
kertas tes Erik...rapi sekali, bersih malah  bisa dikatakan terlalu 
bersih, mustahil mengerjakan matematika serapi  ini, apalagi kalau ada 
jawaban yang salah, kecuali.... “
Pak  Sapta mengangguk – angguk , dan seisi kelas mengerti apa yang 
dimaksud  Wandi, mustahil mengerjakan matematika selancar itu, kecuali 
kalau dia  hanya menyalin alias mencontek. Erik tercekat dengan 
penjelasan Wandi,  ia ingin memperotes tapi dia tidak dapat menemukan 
alasan yang dapat  membantunya mengelak lagi, dan Hadi tersenyum puas,
“ Terima Kasih  Wan, kalau tidak ada kau, mungkin aku masih dituduh mencontek. “
“  Ah, aku hanya membantu sebisaku. “
Pak Sapta juga puas dengan  penjelasan Wandi, dan kini Erik hanya 
terdiam, dia menunggu keputusan  hukuman Pak Sapta, kalau tahu kejadian 
bakal begini , dia pasti bakal  mengaku saja tadi, tapi kini semua sudah
 terlambat , hukuman yang lebih  berat sudah menantinya.
Translate
Monday, 15 April 2013
Hukuman Yang Berat (Cerpen)
| Tweet | 
Bel masuk baru saja berbunyi, tanda jam pertama akan dimulai. Di dalam  
kelas 5A, tampak wajah anak – anak tampak tegang , bercampur rasa cemas. “ Tampangmu kusut amat Wan? Kenapa? Takut ya hasil ulangan matematikanya jelek? “ Celetuk Amir dari belakang, Wandi mengiyakan. Ya jam pertama ini adalah pelajaran matematika, dan hari ini akan dibagi hasil tes matematika yang beberapa hari lalu kelas Wandi ikutin, pantas saja anak – anak tampak tegang, mereka kuatir akan hasil tes matematika mereka, hanya beberapa anak yang tampak percaya diri. “ Iya nih Mir, kamu tahukan kalau tes matematikaku kadang bagus, kadang juga jelek, dan tes kemarin aku hanya sanggup menyelesaikan 6 soal dengan baik dari 10 soal yang diberikan, sisanya ga yakin aku. “ Sahut Wandi “ Mending kamu Wan, aku malah pasrah , hanya 4 nomor aja yang bisa kukerjakan, dan yakin benar. “ Sahut Acan, tampak benar kalau dia gugup banget. “ Ah kayaknya hari ini jatah mainku bakal dipotong lagi. “ Katanya lagi Wandi, dan Amir tertawa. Saat itu juga Pak Sapta, guru matematika mereka masuk. “ Selamat pagi anak – anak !” “ Selamat pagi Pakkkk!!” Jawab anak – anak serentak “ Baiklah anak – anak, Bapak akan bagi hasil tes kalian, yang namanya disebut harap maju mengambil kertas hasil tesnya. “ Kata Pak Sapta Kemudian Pak Sapta mulai memanggil satu –persatu, anak – anak yang dipanggil maju mengambil hasil tes mereka dengan gugup, ada yang yang berteriak kecil “Yesss”, ada yang diam saja, dan ada juga yang kecewa berat karena hasilnya tidak sesuai dengan perkiraan. “ Gimana Wan? Dapat berapa kamu? “ Tanya Amir “ Yaa lumayan, 7 lebih baik dari yang kukira, nomor 8, dan nomor 9 walau ga sepenuhnya betul, diberi nilai nilai setengah oleh Pak Sapta. “ Kata Wandi tersenyum puas “ Kamu sendiri gimana Mir? “ Ya ga jeleklah, aku dapat 6. “Sahut Amir “ Kamu dapat berapa Can? “ tanya Wandi pada Acan yang baru saja mengambil hasil tesnya, terlihat bener wajah Acan cemberut “ Gagal total, tapi lebih barik dari yang kukira, aku dapat 5. “Kata Acan Beberapa saat kemudian pak Sapta hampir selesai membagikan hasil tes, masih terlihat ada 2 lembar dipegang pak Sapta, dan sekarang pak Sapta pasang tampang tegas memanggil 2 orang terakhir “ Hadi, dan Erik silakan maju ke depan.” Keduanya maju ke depan, tapi agak kaget soalnya Pak Sapta tiba – tiba memanggil dengan nada cukup tinggi, sampai di depan kelas, Pak Sapta memandangi mereka berdua gantian. “ Kalian berdua mendapat nilai yang sama 8..... tapi itu bukan hal yang aneh, yang membuat saya bertanya- tanya adalah jawaban kalian semua sama, yang benar maupun yang salah, bahkan sampai angka – angkanya semua sama.” Pak Sapta berhenti , dia memandang Hadi, dan Erik bergantian menunggu jawaban dari mereka berdua, tapi keduanya masih terdiam “ Hal ini hampir mustahil terjadi 2 lembar kertas tes, dari 2 orang berbeda mempunyai jawaban yang sama persis, dan bukan hanya jawaban yang benar bahkan jawaban yang salah dan langkah – langkahnya semua sama. Kecuali.... kalian bekerja sama atau salah satu diantara kalian ada yang mencontek. “ Kata Pak Sapta dengan nada meninggi, tatapannya menjadi lebih tajam, menatap Erik, dan Hadi. Seluruh kelas langsung ribut, dan berbisik – bisik. “Lebih baik kalian mengaku sekarang, dan Bapak akan maafkan, dan hukumannya tes ulang, tapi nilai maksimal hanya 6. “ Kata Pak Sapta lebih tenang “ Bukan saya Pak, tuh Erik yang mencontek saya. “ Hadi menuduh Erik, Erik jelas tidak terima, ia kemudian mendorong Hadi “ Enak saja, kamu kali yang mencontek, aku belajar semalaman, ngapain aku nyontek. “ Erik membela diri “ Bukan hanya kamu yang belajar semalaman, aku juga. “ Kata Hadi tak mau kalah. Anak – anak di kelas masih ribut dan berbisik – bisik dugaan mereka, Hadi dan Erik duduk sebelahan, jadi sangat memungkinkan salah satu dari mereka mencontek yang lain. Wandi juga menduga – duga siapa yang mencontek tapi, tanpa petunjuk dia hanya bisa menduga – duga. Tiba – tiba Sherly berdiri, sambil mengacungkan jari, mungkinkah dia mengetahui siapa yang mencontek? “ Ya Sherly ada apa?” Tanya Pak Sapta “ Begini Pak, kenapa kita tidak minta bantuan Wandi dalam memecahkan masalah ini? Mungkin dia bisa mengetahui siapa yang mencontek “ Usul Sherly, Sherly pernah dibantu Wandi dalam memecahkan kasus perhiasannya yang hilang, tapi itu kebetulan saja Wandi mendapat petunjuk, kalau mencontek? Dapat petunjuk darimana? Kejadiannya juga sudah berlangsung beberapa hari yang lalu. “ Wandi? “ Kata Pak Sapta menimbang – nimbang “Ya Pak, Beberapa waktu lalu Wandi berhasil membantu saya dalam menemukan siapa yang mencuri perhiasan saya di rumah. “ Kata Sherly lagi. Pak Sapta berpikir sejenak “ Hmm baiklah, Wandi , coba kamu bantu Bapak. “ Kata Pak Sapta, Wandi tidak bisa menolak lagi, dia mencoba apa yang bisa dia lakukan, satu – satunya bukti yang tersisa hanya kertas tes mereka. Hadi, dan Erik pasang tampang galak pada Wandi, maksudnya jelas, kalau masing – masing berharap tidak dituduh oleh Wandi. Anak – anak yang lain mulai tenang, mereka menunggu aksi Wandi, apa sepintar yang diceritakan oleh Sherly ? atau hanya kebetulan saja. “ Maaf Pak bisa saya melihat kertas tes mereka berdua? “ Pinta Wandi, Pak Sapta mempersilakan Wandi melihat kertas tes Hadi, dan Erik. Wandi memperhatikan baik – baik kedua kertas tes itu mungkin saja dia mendapat petunjuk. Kedua lembar tes itu sesuai yang dikatakan Pak Sapta sebelumnya, isinya sama, dari soal sampai jawaban, semua sama, hanya nama yang tercantum di kertas masing – masing saja berbeda. Wandi kebingungan, dia tidak mendapati petunjuk. “Hmmm, semua sama, seperti kata Pak Sapta, bahkan angka – angka dan langkah – langkah pengerjaannya semua sama persis. Yang beda hanya tulisan mereka. Tulisan Hadi jauh dari rapi, berbeda dari Erik , tulisannya rapi sekali, seperti anak cewek saja. “ Pikir Wandi, Heii tulisan rapi ini petunjuk yang penting, dia mendapat perbedaan yang sangat menentukan dari kedua kertas tes itu, kemudian dia tersenyum simpul, dan menggaruk - garuk kepala , kebiasaannya kalau mendapat petunjuk untuk memecahkan kasus. “Bagaimana Wandi? Kamu menemukan sesuatu? “ Tanya Pak Sapta, Wandi mengangguk, Hadi, dan Erik menunggu dengan was – was, seisi kelas menjadi diam menunggu Wandi buka mulut. Wandi memperlihatkan kedua kertas tes itu lagi pada Pak Sapta “Bapak lihat kertas tes mereka Pak? Ada perbedaan yang mencolok. “ Kata Wandi Pak Sapta kebingungan, dia yakin kalau kedua isi kertas tes itu sama, tapi kenapa Wandi mengatakan ada perbedaan yang mencolok. “ Maksud kamu apa Wan? Isi keduanya sama, tida ada perbedaan seperti yang kamu bilang. “ “ Kalau isinya memang sama Pak, tapi kalau kita lihat penulisannya , maka kita dapat melihat perbedaan yang sangat besar. “ Kata Wandi lagi, Pak Sapta masih belu mengerti maksud Wandi, dia tahu tulisan keduanya memang berbeda, tapi itu hal yang wajar. “ Begini Pak, kalau saya mengerjakan tes matematika pasti ada coretan – coretan kecil, ato koreksi, apalagi kalau ada jawaban saya yang salah, kecuali saya sangat pandai dan mendapat nilai sempurna, Dan lihat kedua kertas ini Pak, kertas milik Hadi , kerjaannya tidak rapi, banyak coretan dan koreksi dimana – mana, ini wajar, kertas tes saya juga demikian banyak coretan maupun koreksi, dan Bapak bisa lihat kertas tes anak – anak lain yang tidak mendapat nilai sempurna pasti ada beberapa koreksi jawaban ato coretan – coretan kecil. Dan sekarang kertas tes Erik...rapi sekali, bersih malah bisa dikatakan terlalu bersih, mustahil mengerjakan matematika serapi ini, apalagi kalau ada jawaban yang salah, kecuali.... “ Pak Sapta mengangguk – angguk , dan seisi kelas mengerti apa yang dimaksud Wandi, mustahil mengerjakan matematika selancar itu, kecuali kalau dia hanya menyalin alias mencontek. Erik tercekat dengan penjelasan Wandi, ia ingin memperotes tapi dia tidak dapat menemukan alasan yang dapat membantunya mengelak lagi, dan Hadi tersenyum puas, “ Terima Kasih Wan, kalau tidak ada kau, mungkin aku masih dituduh mencontek. “ “ Ah, aku hanya membantu sebisaku. “ Pak Sapta juga puas dengan penjelasan Wandi, dan kini Erik hanya terdiam, dia menunggu keputusan hukuman Pak Sapta, kalau tahu kejadian bakal begini , dia pasti bakal mengaku saja tadi, tapi kini semua sudah terlambat , hukuman yang lebih berat sudah menantinya. |  | 
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
 
 
Post a Comment